BIRULANGIT-Pada sebuah pagi kutahu bahwa wajahmu sungguh menawan. Menawan hasratku untuk mencumbumu dengan doa. Doa yang selalu mengalir dari sungai dadaku. Komohonkan kepadaNya agar wajahmu tak lekang untuk selalu menawanku.
Pagi itu, kembali aku berpekur dengan peluh bersamamu, dalam hayal. Kutahu, desah dan lirih tilawahmu memanggil nuraniku untuk bangkit dan bergegas menjemputmu. Membawamu ke dalam sebuah negri impian, penuh bintang. Bertenggerlah kita pada sebuah bintang temaram. Bisikmu menggugah birahiku untuk melepaskan baju keangkuhanku, membuka topeng egoku, dan berikrar untuk menyetia-imu--tentu selama kau setia kepadaku. Embun mungkin masih bersetubuh dengan daun-daun dan rerumputan yang meranggas karena kemarau. Tapi mereka menyaksikan bahwa bintang temaram tetaplah kelap-kelip kebersamaan kita yang penuh warna. Sebentar lagi mungkin pagi akan pergi, tapi kita tetap satu untuk selamnya. (catatan untuk seseorang yang menemani pagiku di Ramadhan pertama untuk kebersamaan kami)
No comments:
Post a Comment