Pada tahun 1998, Jorn Barger memperkenalkan istilah weblog, istilah yang merujuk pada website pribadi yang diupdate secara kontinyu dan berisi jejaring (link) dengan website atau weblog lainnya. Weblog atau yang lebih populer disebut blog, seiring perkembangan internet sendiri terus mengalami perkembangan, termasuk peminatnya semakin hari semakin membludak. Mulai dari artis, politisi, tokoh, seniman, mahasiswa, hingga pelajar sekolah dasar.
Membuat sebuah blog tidak telalu sulit, tentunya pertama-tama kita harus punya akses internet terlebih dulu. Akses internet sendiri, saat ini tidaklah terlalu sulit, banyak pilihan koneksi yang bisa kita gunakan, mulai dari line telepon rumah (dial-up connections), Broadband, celuler dengan GPRS, atau pilihan koneksi lainnya dengan variasi harga dan kecepatan akses. Ada banyak tempat gratis (free hosting) yang bisa kita manfaatkan untuk menitipkan blog yang kita buat, misalnya di www.blogger.com atau www.wordpres.com. Membuat sekali lagi gampang, yang sulit adalah merawat dan mengisi (baca: memposting) secara kontinyu dan up to date sehingga orang akan tertarik dengan blog (pesantren) kita.
Sebagai sebuah layanan yang bisa diakses oleh semua orang di seluruh dunia (maya), blog bisa menjadi media yang efektif untuk mempromosikan dan memperkenalkan pesantren kepada masyarakat dunia (baca: pengguna internet). Apalagi, jika pesantren dimaksud adalah pesantren yang berada di daerah pedalaman terpencil dan jauh dari ruang publikasi, maka kehadiran blog akan menjembatani agar banyak orang lebih mengenal pesantren dengan segala keunikan dan kekayaan yang dimilikinya.
Tidak hanya itu, blog dapat pula menjadi media pembelajaran yang efektif bagi komunitas pesantren. Para kiai atau ustadz bisa memanfaatkan blog menjadii jembatan komunikasi yang lebih interaktif tanpa terbatas raung dan waktu. Blog bisa dibuat berdasarkan tema-tema tertentu sesuai dengan karakteristik dan kompetensi yang dimilikinya. Misalnya, kiai atau ustadz yang mengampu bimbingan kitab kuning dapat secara berkala memberikan materi pembelajarannya melalui blog (memposting). Hal ini akan membuka sebuah metode pembelajarn baru yang revolusioner dan semakin membuka gerbang wawasan para santri.
Dengan sendirinya pembelajaran dengan media blog akan melahirkan wawasan-wawasan baru, khususnya bagi para santri sendiri, mereka akan mencari perbandingan-perbandingan materi pelajaran dengan browsing di situs atau blog lainya. Dengan seperti ini, pembelajaran akan semakin menarik dan membuka tantangan baru bagi kiai atau ustadz untuk semakin meningkatkan kemampuannya ke level yang lebih tinggi, secara simultan.
Lebih jauh lagi, blog bisa menjadi media silaturrahim antara pesantren dengan alumni yang telah terpisah jarak dari komunitas pesantren. Mereka bisa terus mengikuti perkembangan pondok pesantrennya melalu dunia maya ini secara up to date. Para alumni juga bisa menyambung silaturrahim dengan alumni lainnya, melalui sebuah gatget forum yang bisa ditambahkan di blog dimaksud, misalnya.
Pondok Pesantren Annuqayah Guluk-Guluk Sumenep (www.annuqayah.blogspot.com), beberapa bulan terakhir memanfaatkan blog untuk menyajikan berita harian seputar kegiatan kepesantrenan, kejadian-kejadian penting dan unik. Sejauh ini, tanggapan dari berbagai pihak, santri, kiai, lebih-lebih alumni, sangat apresiatif. Bahkan banyak para santri yang terlibat dalam konten blog ini secara sukarela. Respon apresiatif dari para alumni dan berbagai pihak kemudian menjadi cambuk untuk terus mengembangkan blog ini.
Karena bisa diakses oleh semua orang, pengunjung blog inipun tidak hanya dari kalangan alumni atau komponen pesantren saja, melainkan banyak orang non pesantren yang tertarik dan berpartisipasi memberikan komentar apresiatif. Tentu hal ini merupakan kelebihan dan manfaat lain seperti yang telah penulis paparkan di atas. Walhasil kegiatan ngeblog akan memberikan warna tersendiri bagi pondok pesantren di tengah revolusi informasi saat ini
No comments:
Post a Comment